A. Manusia
Manusia merupkan mahluk paling sempurna ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Kenapa dikatakan sempurna? Karena manusia memiliki akal sehat dan
budi pekerti. Manusia dikaruniai akal pikiran yang dapat menyeleksi mana yang
benar dan mana yang salah. Manusia memiliki sifat berkembang biak, dimana
manusia akan terus tumbuh setiap detiknya. Siklus pertumbuhan manusia yaitu
dari dalam kandungan seorang ibu kemudian lahir menjadi seorang bayi, lalu
tumbuh menjadi seorang balita, kemudian menjadi anak-anak, remaja, dewasa,
hingga orang tua seiring berjalannya waktu. Manusia menurut jenis kelaminnya,
yaitu pria dan wanita.
Manusia adalah mahluk sosial, dimana ia tidak dapat bertahan
hidup tanpa bantuan manusia lainnya atau mahluk hidup lainnya. Seperti
contohnya, manusia membutuhkan alat-alat rumah tangga yang dibuat oleh manusia
lainnya, manusia juga membutuhkan oksigen untuk hidup yang mana oksigen
tersebut dihasilkan oleh tumbuhan, manusia yang juga merupakan mahluk pemakan
daging dan tumbuhan membutuhkan daging hewan seperti sapi dan ayam serta
tumbuh-tumbuhan dan buah seperti ketimun dan apel untuk dimakan sehingga dapat
bertahan hidup.
B. Keindahan
Keindahan berasal dari kata dasar indah, yang berartikan
cantik, elok sehingga enak dipandang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar
atau elok. Mengapa bisa disebut keindahan? Biasanya keindahan ini dikarenakan
karena keadaan dimana kita merasa nyaman atau terkagum karena melihat suatu
objek. Keindahan dapat disebabkan karena
beberapa hal, seperti contohnya :
- Keindahan pada pemandangan alam
Keindahan ini yang sangat sering ditemui
jika kita berada di luar ruangan. Seperti keindahan pegunungan saat berada di
daerah daratan tinggi, keindahan hamparan pasir beserta lautan birunya yang
terlihat saat kita berada di daerah pantai, keindahan suatu daratan yang
dipenuhi berbagai macam tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya.
- Keindahan pada suatu karya manusia
Keindahan yang terwujud dari hasil kreativitas
sesama manusia. Seperti halnya keindahan yang terdapat pada sebuah lukisan,
tulisan, ukiran, desain baju, serta karya seni lainnya yang ada di sekitar
kita.
- Keindahan pada suara
Sebuah keindahan tidak hanya berupa sesuatu
yang dapat dilihat dan disentuh, keindahan juga dapat terwujud akibat penangkapan
indera pendengar kita, yaitu sebuah suara. Seperti contohnya jika kita
mendengar suara seseorang bernyanyi dengan suara merdu juga dapat dikatakan
keindahan, atau saat kita mendengar kumpulan suara burung dan hewan lainnya
yang terdengar di pagi hari sehingga menyebabkan kita merasa lebih tentram.
- Keindahan pada mahluk ciptaan-Nya
Keindahan ini biasanya terwujud pada saat
kita melihat salah satu mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yaitu berupa
manusia, hewan dan tumbuhan sehingga membuat kita menjadi terkagum akan
keindahan yang dimilikinya. Seperti contohnya yaitu keindahan yang dimiliki seorang
wanita ataupun pria dengan wajah cantik dan tampan serta bentuk badan yang
proposional. Contoh lainnya yaitu saat melihat seekor kucing dengan bulu yang
halus dan bersih dengan perpaduan warna yang cantik. Atau melihat sebuah pohon
sakura dengan bunga yang bermekaran sehingga enak dipandang.
Keindahan ini bersifat relatif. Dimana setiap orang memiliki
pendapatnya masing-masing mengenai bagaimana keindahan itu sendiri. Seperti
contohnya, jika menurut orang A suatu lukisan dengan bentuk yang abstrak
tersebut indah, maka belum tentu menurut orang B lukisan abstrak tersebut
adalah lukisan yang indah. Bisa saja menurut orang B lukisan yang indah adalah
lukisan yang memiliki bentuk yang jelas membentuk sebuah objek. Hal ini
disebabkan karena setiap manusia memiliki seleranya masing-masing.
Terdapat ilmu yang berisikan tentang keindahan pada suatu
objek, istilah ilmu ini disebut Estetika. Estetika berasal dari bahasa Yunani,
αισθητική, dibaca aisthetike. Pertama digunakan oleh filsuf Alexander
Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 untuk
pengertian ilmu tentang hal yang bisa dirasakan lewat perasaan. Secara umumnya,
estetika adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Jika
kita tengah mempelajari mengenai suatu objek yang menghasilkan keindahan
tersebut dengan cara mencari tau caranya benda itu tercipta sehingga membentuk
keindahan atau dengan memahami benda tersebut dan mencari tau tentang alasan
benda tersebut dikatakan indah sehingga membuat orang-orang terkagum dan ingin
terus merasakannya.
C. Hubungan Manusia dan Keindahan
Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling indah.
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
C. Hubungan Manusia dan Keindahan
Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling indah.
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
D. Nilai Ekstrinsik dan Intrinsik
Dalam sebuah karya terdapat unsur pendukung yang membuat
sebuah karya tersebut tercipta. Unsur tersebut adalah unsur Ekstrinsik dan
Intrinsik. Kedua unsur ini merupakan pendukung sehingga dapat terciptanya
sebuah karya yang memiliki nilai keindahan tersendiri.
- Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik terkandung kata ‘eks’ yang berarti luar.
Maka nilai ekstrinsik merupakan hal-hal atau informasi, refrensi atau materi
dasar di luar karya tersebut yang ikut mendukung terciptanya sebuah karya.
Biasanya unsur ekstrinsik ini berkaitan dengan gejolak atau situasi jaman yang
mempengaruhi si seniman dalam menciptakan karyanya tersebut. Nilai ekstrinsik
juga dapat diartikan sebagai sebuah nilai yang tidak dapat diukur dengan panca
indera.
- Nilai Intrinsik
Nilai Intrinsik terkandung kata ‘in’ yang berarti dalam.
Maka nilai Intrinsik merupakan kebalikan dari nilai ekstrinsik, yaitu hal-hal
atau informasi, refrensi atau materi dasar di dalam karya tersebut yang
mendukung terciptanya sebuah karya secara utuh. Unsur intrinsik dalam suatu
objek, bisa berupa apa saja yang membentuk objek tersebut. Nilai intrinsik
dapat juga diartikan sebagai sebuah nilai yang dapat diukur dengan panca indera
yang berdasarkan pada logika, seperti penilaian menurut fisiknya.
E. Kontemplatif
Kontemplatif berasal dari Bahasa Latin (contemplore)
berarti merenung dan memandang. Kontemplatif merupakan cara hidup yang
mengutamakan kehidupan penuh ketenangan, bermati raga, dan bertapa, sehingga
dapat berdoa dan bersemadi dengan lebih mudah. Apa hubungan kontemplatif dan
keindahan? Cara seperti ini dapat menciptakan sebuah ide kreativitas untuk
membuat suatu karya yang akan memiliki nilai keindahan di dalamnya. Cara ini
juga dapat dilakukan seseorang untuk menemukan arti keindahan di dalam sebuah
karya. Karena kontemplatif ini merupakan suatu kegiatan perenungan sehingga
mengasilkan sebuah konsentrasi, penghayatan, dan pemikiran sedalam-dalamnya.
Dengan cara seperti itu maka kita dapat memfokuskan pikiran pada suatu karya
sehingga menghasilkan karya dengan tingkat keindahan yang tinggi.
F. Renungan
Renungan berasal dari kata dasar renung yang artinya adalah
kegiatan secara diam untuk memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan
dalam-dalam dan sebenar-benarnya. Renungan adalah hasil dari kegiatan merenung.
Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori, diantaranya :
- Teori Pengungkapan
Dalil dari teori ini adalah “Arts are in expression of human
feeling ” yang artinya seni merupakan ungkapan
dari perasaan manusia.
Teori ekspresi yang paling terkenal adalah filsuf
Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah
diterjemahkan dalam bahasa Inggris “Aesthetic as Science of Expression and
General Lingusitic “. Beliau menyatakan bahwa “art is expression of impressions
” yang berarti seni adalah ungkapan dari kesan-kesan. Ini mengartikan bahwa dalam karya seni yang
merupakan hasil dari kreativitas manusia terdapat emosi atau ungkapan
didalamnya. Menurut Leo Tolstoi kegiatan seni adalah memunculkan
dalam diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya dan setelah
memunculkan itu kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna,
suara, dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu
sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
- Teori Metafisik
Teori yang bersifat metafisis merupakan salah satu teori
yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya sebagian
membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Sesuai dengan
metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi
sebagai realita ilahi. Pada tahap yang lebih rendah terdapat realita duniawi
yang merupakan cerminan semu yang mirip realita ilahi itu.
Sebagai contohnya, Plato mengemukakan ide ke-ranjangan yang
abadi, asli indah dan sempurna ciptaan Tuhan. Dan kemudian tukang kayu membuat
ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan itu. Dan akhirnya
seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya ke dalam lukisan.
Dalam zaman modern suatu teori seni lainnya yang bercorak
metafisis dikemukakan oleh filsuf Arthur Schopenhauer (1788-1860).
Menurut beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan
realita yang sejati adalah suatu keinginan yang sementara.
Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlah karya seni.
Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu menembus
segi-segi praktis dari benda-benda sekelilingnya dan sampai pada maknanya yang
dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
- Teori Psikologis
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan
yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805)
dan Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula
seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (play impulse) yang ada dalam
diri seseorang. Seni semacam permainan yang menyeimbangkan segenap kemampuan
mental manusia berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus
dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan itu berperan untuk mencegah
kemampuan-kemampuan mental manusia menganggur dan kemudian menciut karena
disia-siakan.
Teori lain yang dapat dimasukkan ke dalam teori psikologis
adalah teori penandaan (signification theory) yang memandang seni sebagai suatu
lambang atau tanda dari perasaan manusia.
G. Keserasian
Keserasian merupakan perpaduan antara benda yang satu dengan
benda lainnya yang jika dipadukan akan menghasilkan keindahan baru dari kedua
benda tersebut. Seperti contoh, sebuah akuarium akan tampak lebih indah jika di
dalamnya terdapat ikan hidup yang menghiasi akuarium tersebut sehingga
menghasilkan suatu keserasian antara akuarium dengan ikan di dalamnya menjadi
lebih hidup dan enak dipandang. Keserasian adalah kecocokan yang mengandung
unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan kesimbangan, yang terdiri dari :
- Teori Objectif dan Teori Subjectif
Teori Objectif berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri
yang menciptak nilai estetika adalah sifat (kulitas) yang memang melekat dalam
bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.Pendukung
teori objectif adalah Plato, Hegel
Teori Subjectif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan
keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam diri
sesorang yang mengamati suatu benda. Pendukung nya adalah Henry Home, Earlof
Shaffesburry
- Teori Perimbangan
Dalam arti yang terbatas yakni secara kualitatif yang di
ungkapkan dengan angka-angka, keindahan hanyalah kesan yang subjectif sifatnya
dan berpendapat bahwa keindahan sesungguhnya tercipta dan tidak ada keteraturan
yakni tersusun dari daya hidup, penggembaraan, pelimpahan dan pengungkapan
perasaan.
0 komentar:
Posting Komentar