SOSOK PEMIMPIN YANG TERKENAL
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh
oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mancapai tujuan organisasi. Salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini, meskipun ia
tidak berjuang menggunakan senjata tetapi jasanya yang telah memperjuangkan
hak-hak para wanita dan pendidikan wanita sehingga sekarang wanita tidak lagi
berstatus sosial yang rendah. Dalam dunia modern dengan fokus kepada kompetensi dan
performance, gender sudah bukan merupakan faktor pembeda dominan, meski secara
physical, pria dan wanita memang berbeda secara natur dan biologis. Dahulu
pekerjaan yang di dominasi kaum pria sekarang dapat dikerjakan oleh kaum wanita
dengan sangat baik. Lalu apa
yang sebenarnya harus diperhatikan oleh kaum wanita dewasa ini untuk memelihara
apa yang sudah diwariskan oleh R.A Kartini sebagai tokoh pelopor kebangkitan perempuan?
Kunci keberuntungan RA Kartini dalam menembus batas
perbedaan kaum pria dan wanita saat itu terletak pada kebebasan untuk mengenyam
pendidikan Belanda di ELS (Europese Lagere School) dan sekaligus kesempatan
belajar bahasa Belanda walau setelah usia 12 tahun, RA Kartini harus tinggal di
rumah karena tradisi dipingit. Bahasa Belanda ini kemudian membawa RA Kartini
untuk berkorespondensi, bertukar pikiran dan menyerap pengetahuan terkini pada
waktu itu melalui buku, koran dan majalah Eropa. Dan tercetuslah ketertarikan
RA Kartini pada kemajuan berpikir perempuan Eropa yang didorong kondisi
perempuan pribumi saat itu yang berada pada status sosial yang rendah.
A. BIOGRAFI
Raden Adjeng Kartini atau yang lebih tepatnya Raden Ayu
Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Beliau
lahir di Jepara, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17
September 1904 pada umur 25 tahun. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan pribumi.
Raden adjeng Kartini adalah seorang dari kalangan priyayi
atau kelas bangsawan Jawa, putrid Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati
Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya
bernama M.A. Ngasirah, putrid dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji
Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Kartini adalah anak ke-5
dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS
(Europese Lagere School) sampai umur 12 tahun. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia
harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Disini antara lain Kartini
belajar bahasa Belanda. Karena sudah bisa berbahasa Belanda, maka di rumah
Kartini mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman
korespondensinya yang berasal dari Belanda. Dari buku-buku, Koran, majalah
Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Dari hal
tersebut timbullah keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia
melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Oleh orang tuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati
Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah
memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya
mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan
sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten
Rembang, atau di sebelah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojodhiningrat, lahir pada
tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September
1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan
Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di
Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Crirebon, dan daerah lainnya. Nama
sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini” . Yayasan Kartini ini
didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
B. PERJUANGAN
Perjuangan R.A. Kartini adalah merintis perubahan bagi kaum
wanita. Beliau tidak segan-segan turun ke bawah bergaul dengan masyarakat biasa
untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak status sosial
kaum wanita dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan semboyan: “ Kita
harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita yang sesuai dengan
keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus mendapat
pendidikan yang cukup seperti halnya kaum lelaki. Dengan pengetahuan serta
pengalaman yang didapatnya, Raden Ajeng Kartini secara berangsur-angsur dan
setahap demi setahap tapi pasti berusaha menambah kehidupan yang layak bagi
seorang kaum wanita.
Walaupun sudah menikah Raden Ajeng Kartini tetap gigih
untuk tetap memperjuangkan pendidikan bagi kehidupan anak – anak di sekitar
tempat tinggalnya. Raden Adipati Joyoningtat pun turut serta melancarkan
perjuangan Raden Ajeng Kartini.Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini
Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan
bantuan suaminya beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan di
sanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar
jahit-menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini
dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa Indonesia dan kaum wanita, khususnya
melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat,
apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam
segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum
laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai
keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum
wanita ketinggalan. Inilah perjuangan Raden Ajeng Kartini yang telah berhasil
menempatkan kaum wanita d tempat yang layak, yang mengangkat derajat wanita
dari tempat gelap ke tempat yang terang benderang. sesuai dengan karya tulis
beliau yang terkenal, yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
C. KEPEMIMPINAN
Dalam hal kepemimpinan, Raden Ajeng Kartini memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis. Gaya kepemimpinan seperti ini merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Pemimpin berkonsultasi dengan anak buah untuk
merumuskan tindakan keputusan bersama. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
- Wewenang pemimpin tidak mutlak
- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung secara timbale balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan
- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
- Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
- Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat
- Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling menghormati
Kartini dapat dikatakan mempunyai gaya kepemimpinan yang
difokuskan untuk mendukung pertumbuhan serta peningkatan faktor-faktor lainnya
pada kaum wanita dengan memadukan pengembangan keahlian dan bertindak sebagai
sumber daya untuk kebutuhan nasehat serta informasi, dimana nasehat dan
informasinya tersebut terdapat pada buku yang telah beliau
hasilkan,”habis gelap terbitlah terang”.
Setidaknya terdapat empat hal menarik yang dapat ditemukan
dalam karakter seorang R.A Kartini pada proses pembelajaran makna perjuangan
serta kepemimpinannya. Pertama, Bagaimana Kartini dapat mengemukakan pikirannya
dengan lugas dan cerdas. Hal ini terlihat pada contoh bagaimana beliau dapat
menyampaikannya dengan baik bahwa budaya bangsawan Jawa yang kaku menghalangi
kemajuan wanita Jawa. Cara penyampaiannya yang cerdas menarik banyak simpati
publik terutama pihak pemerintah Belanda yang sedang melakukan kebijakan
politik etis. Dimana Kartini menyampaikan ide dengan baik juga terlihat dalam
keberhasilannya di kemudian hari, sehingga ide membuka sekolah didukung penuh
oleh orang-orang terdekatnya.
Kedua, R.A. Kartini memiliki jiwa kepemimpinan dan
kepedulian sosial yang sangat tinggi. Di tengah ketidakberdayaan wanita pada
zamannya, beliau tidak jatuh pada hidup yang meratapi nasib melainkan menjawab
permasalahan dengan membuka sekolah untuk perempuan.sebagaimana dikatakan oleh Harsey
and Blanchard yang menyatakan bahwa kepemimpinan perlu disesuaikan dengan
para kesiapan pengikutnya. Dimana kaum wanita pada saat itupun memiliki
kesiapan untuk lebih berfikir lebih maju seperti beliau.
Ketiga, R.A. Kartini memiliki cara berpikir analitis dan
strategis. Beliau dapat membaca situasi sosial masyarakat, dalam hal ini dapat
melihat bagaimana pengaruh bangsawan dalam melakukan aksi nyata menuju arah
yang lebih baik. Seperti yang dikatakannya bahwa apabila kaum bangsawan
melakukan perubahan maka rakyat kecil akan mengikutinya.
D. KEUNGGULAN DALAM PERJUANGANNYA
Jika kita mengingat jasa Kartini dalam membebaskan wanita
dari keterbelengguan serta ketidaktahuan akan pendidikan, maka saat ini
terlihat jelas bukti nyata dari pahlawan wanita ini. Wanita-wanita saat ini
justru jauh lebih sukses dibandingkan pria. Meskipun terkadang pria sukses juga
akan tetapi ada wanita hebat yang mendukungnya dari belakang. Kartini tidak
pernah mengajarkan kepada wanita untuk bersembunyi dibalik pria dan
menggantungkan sepenuhnya kepada pria akan tetapi mengajarkan kepada wanita
agar berdiri di samping pria untuk membantu pria dalam meraih kesuksesan.
Sebab, kesuksesan pria tidak akan pernah jauh dari kehebatan seorang wanita
yang membantunya, baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu, Kartini juga
menekankan kepada wanita-wanita Indonesia untuk tidak hanyut dalam kelemahan
namun menjadikan kelemahan sebagai bentuk untuk memacu diri dalam berusaha.
Baik itu berusaha meninggalkan kebodohan dengan terus belajar maupun berusaha
agar menjadi panutan dalam kondisi apapun.
Wanita memang lemah namun tidak
menjadikan kelemahan tersebut sebagai alasan untuk bermanja-manja bahkan
bermalas-malasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Betapa banyak wanita
yang memiliki ketekunan yang tinggi serta kemauan yang keras untuk maju dan berhasil
menjadikan mereka memiliki nama yang harum seharum nama Kartini. Sosok Kartini
yang sesungguhnya bukanlah Kartini yang kemudian mampu mengangkat senjata dan
melawan seluruh penjajah negara. Sosok wanita yang memiliki rasa sayang kepada
wanita-wanita Indonesia akibat kelemahan yang telah menjadi kodrat dari-Nya.
Kelemahan itu dijadikannya justru sebagai senjata untuk menjadikan bangsa ini
merdeka dari penjajahan dan penindasan akan hak kaum wanita.
Kartini sudah
memberikan kebebasan kepada wanita untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin
tidak lain hanyalah untuk menciptakan generasi-generasi penerus bangsa yang
lahir dari rahim wanita-wanita cerdas bangsa ini. Kartini memberikan hukuman
kepada kaum pria yang melakukan kekerasan terhadap istrinya di dalam sebuah
rumah tangga karena wanita memiliki tulang rusuk yang bengkok dan harus
diluruskan dengan jalan kelembutan dan kebaikan. Bahkan Kartini tidak pernah
membatasi wanita dalam hal pekerjaan wanita itu sendiri asalkan masih berada
dalam konteks kewajaran dan tidak melanggar kodrat wanita sebagai makhluk mulia
dan lemah.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar